Thursday, September 13, 2007

SAATNYA TERBANG KE LANGIT

Senja tiba, dan aku merenung panjang tentang hari ini. Hari pertama romadhanku. Kuperiksa satu persatu amal yang kulakukan hari ini, aku merinding. Tak ada satupun rasanya yang membuatku merasa telah menjalani romadhon dengan benar. Tilawah, berpuasa, sholat dhuha, sunnah rawatib, tetap belum membuatku merasa sudah menjalani romadhan dengan benar. Aliran bening menitik lembut perlahan, membasuh wajah gulanaku. Rabbana...terima hamba di gerbang pengampunan-Mu, pengaduan kepada-Mu.
Kuraba sejenak jejak sejarah. Kisah tentang dia yang selalu merindukan ramadhan dan berpesan dengan sesungguh-sungguhnya kepada seluruh ummatnya betapa pentingnya romadhon. Jejak itu kubaca ulang, kuresapi. Para sahabatnya begitu luar biasa di romadhon. Seperti terbang ke langit, meski tubuhnya berada di bumi.

Ah, bisakah ruhku menggapai langit meski badanku berada di bumi seperti mereka. Merasakan getar hebat...dan...ah aku ingin romahonku seperti itu

Wednesday, September 05, 2007

KEDATANGANMU

Kujemput subuh pagi ini dengan langkah yang lelah. Setelah satu malam tak mampu kutegakkan kaki berdiri menghadap-Nya. Lemah rasanya tangan ini menengadah karena berat oleh beban dosa yang tak kunjung reda. Aku tak berdaya. Ku baca kalimat-kalimat langit pagi ini, bersama dengan sungai damai kecil mengaliri kedua pipiku.
Alif laam raa, huruf-huruf yang tak mampu kuartikan inipun menebar wangi di batinku, menyemai selaksa berkah. Seperti ada malaikat yang beterbangan mengitariku dan tersenyum. Seperti ada melati surga dalam getar suaraku mengeja kalimat-Nya.
Detik-detik ini terus berlari, tak terasa kedatangannya semakin dekat. Aku belum mempersiapkan bekal yang cukup untuknya: ramadhan.
Biarkan cahaya menyebar penuh dan bersihlah hatiku, mataku, pikiran, dan seluruh diriku. Kubasuh dengan istighfar, perlahan, menghujam di palung terdalam nuraniku.
Alloh…ijinkan aku gapai ramadhan terbaikku kali ini.

Sunday, August 26, 2007

Pertengahan Sya'ban


Renyai hujan membasahi bumi di tengah kemarau. Tak ada sembab atau duka pada mataku dan matamu yang teduh. Aku menghitung hari dan tepat hari ini 14 sya'ban kupijak. Kemarin ada seorang tukang becak menggetarkan hatiku, dengan begitu ikhlas ia tersenyum tulus, memberikan seribu rupiah untuk peminta-minta, padahal seribu rupiah itu adalah seperempat penghasilannya hari itu.

Aku tergagap, belum mampu mengeja kata sya'ban dengan benar, padahal tak lama lagi ramadhan yang agung akan menyusul. Ah, sya'banku...Ramadhanku. Aku rindu ramadhan, aku rindu hari dimana segalanya tampak begitu indah.

Pintu bulan agung itupun kutunggu dengan getar harap, rindu, dan gegap yang membuncah-buncah. Titik air mata ini tak mampu kutahan, berharap aku bertemu dengannya...dengan ramadhanku.

Saturday, September 30, 2006

Embun untuk melati

Untuk kekasihku
Menetes tanpa mengaduh, dingin...
di malam-malam penantian akan cahaya
beku
Melati bertahan
dalam beku dan dingin malam
bersama embun
melalui waktu bersama
berbagi
berbicara tentang hidup dan kematian
Ada dan tiada hanyalah nafas yang menentukan
setarikan, dua tarikan
erat berpegang
pada ghoyah yang tak lekang
melati dan embun
bersama
menuju surga

About me

  • I'm SATRIA
  • From Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia
  • bintang memang jauh tapi bukan berarti tak bisa diraih. Segala sesuatu yang berjarak pastilah ada ujungnya, begitu juga bintang.
My profile

Links