« Home | Kekuatanmu Bunda »

With Love

Untuk saudaraku yang Thoyyib

Beringas waktu menggilas, meremah-remah keyakinan menjadi leburan debu. Hidup adalah desah nafas dan laku nyawa atas badan. Keresahan hanyalah bagian kecil dari kelemahan yang harus dilawan sekuat tenaga. Titik kesalahan hanyalah bagian dari proses perjalanan nyawa dan desah nafas yang harus disikapi sebagai bagian dari belajar. Lebih dari itu untuk segera dilalui, dilupakan, dan diperbaiki untuk tidak mengulanginya, kata orang namanya taubat.
Kutatap dirimu dari jauh, remuk. Kucoba dengarkan jejak langkahmu, luruh. Langkah-langkah itu membuatmu semakin tak memiliki apapun. Desah keresahan tidak akan pernah usai jika ditemukan dengan muara keresahan. Keresahan akan sirna kala ia ditemukanh dengan lawannya “Kekuatan Jiwa untuk Melawan”.
Aku datang bukan sebagai siapapun, aku hanyalah aku sosok lemah yang mencoba perkasa, sosok tak berdaya yang coba berdaya. Maka tegakkanlah kepalamu itu, sebab dunia ini tidak sekecil yang ada. Daun-daun masih berguguran, musim masih berganti, desah nafas masih terus berjalan. Hitung baik-baik setiap detik itu, pejamkan matamu sejenak dan rasakan, engkau telah salah memilih langkah.
Tak mampu kugapai apa yang sedang kau rasakan, hingga syetan yang biadab menghembuskan angin neraka begitu kencang dan kau belum sempat untuk mengelak.
Maka inilah pesanku, sebagai seorang saudara. Tak ada sedikitpun niat untuk mengajari, menggurui, pun memilihkan jalan. Semuanya kembali padamu. Hanya saja, saat kudengar kabar yang kurang baik tentangmu, aku ingin membantumu berpikir, meskipun aku bukan siapa-siapa. Aku mencintai setiap saudaraku, maka bisalah seperti dulu. Kaki-kaki kokoh itu harus kau hujamkan ke bumi, tapi hitungan amal tetaplah hak langit. Rentang bumi dan langit harus kau isi sebelum kau mengambil sebuah keputusan. Ada beda antara “terpaksa”, “merasa bersalah”, dan “karena-Nya”. Ada perbedaan antara kejujuran, ketulusan, dan ketertekanan. Dalam makna putusan yang akan kau ambil hanya diambil atas dasar empat hal, dan dari ke empat hal itu tidak ada poin karena “terlanjur”. Hanya ada kesholihatan, kekayaan, kecantikan, dan keturunan. Sejauh apapun engkau mencari criteria karena “merasa bersalah” misalnya tidak akan kau temui saudaraku.
Biarkan embun ramadhon memasuki relung jiwamu sejenak. Jauhkan dari segala hal, duduklah dalam hening sunyi hanya dengan dirimu dan Dia, niscaya akan kau temukan kebeningan pandangan untuk segala yang akan kau ambil.
Jangan pernah menyerah untuk menjadi baik, bukankah begitu saudaraku ?.

dan Tupai pun Jatuh...


Langit Satria merona merah, sebab sesaat kemudian matahari harus berganti rambulan. Sunnatullah. Saat itu detik-detik takdir mulai berada di ujung jari sang Khaliq, setelah Malaikat-malaikat Ashar Lalu lalang, bercerita kisah bani adam di penghujung hari.

Ah... Aku terhempas di antara puing-puing Satria yang semakin genit dan tak sabar belajar bersolek. Merayu, menjelma menjadi cengkeraman.

dan... kamu flase itu bernama Panah-panah Setan

Allah, Engkau suguhkan biduan-biduan "dunia" hingga aku terperanjat dan terjerat.

Allah, maka suguhkan aku kembali dengan nikmat-nikmat kehalalan dalam cawan dakwah, dan sendok tarbiyah.

Agar lelahku berganti ghirah khouf dan roja MahabbahMu.


http://be-thoyyib.blogsopt.com

dan Tupai pun Jatuh...


Langit Satria merona merah, sebab sesaat kemudian matahari harus berganti rambulan. Sunnatullah. Saat itu detik-detik takdir mulai berada di ujung jari sang Khaliq, setelah Malaikat-malaikat Ashar Lalu lalang, bercerita kisah bani adam di penghujung hari.

Ah... Aku terhempas di antara puing-puing Satria yang semakin genit dan tak sabar belajar bersolek. Merayu, menjelma menjadi cengkeraman.

dan... kamu flase itu bernama Panah-panah Setan

Allah, Engkau suguhkan biduan-biduan "dunia" hingga aku terperanjat dan terjerat.

Allah, maka suguhkan aku kembali dengan nikmat-nikmat kehalalan dalam cawan dakwah, dan sendok tarbiyah.

Agar lelahku berganti ghirah khouf dan roja MahabbahMu.


http://be-thoyyib.blogsopt.com

dan Tupai pun Jatuh...


Langit Satria merona merah, sebab sesaat kemudian matahari harus berganti rambulan. Sunnatullah. Saat itu detik-detik takdir mulai berada di ujung jari sang Khaliq, setelah Malaikat-malaikat Ashar Lalu lalang, bercerita kisah bani adam di penghujung hari.

Ah... Aku terhempas di antara puing-puing Satria yang semakin genit dan tak sabar belajar bersolek. Merayu, menjelma menjadi cengkeraman.

dan... kamu flase itu bernama Panah-panah Setan

Allah, Engkau suguhkan biduan-biduan "dunia" hingga aku terperanjat dan terjerat.

Allah, maka suguhkan aku kembali dengan nikmat-nikmat kehalalan dalam cawan dakwah, dan sendok tarbiyah.

Agar lelahku berganti ghirah khouf dan roja MahabbahMu.


http://be-thoyyib.blogsopt.com

Post a Comment

About me

  • I'm SATRIA
  • From Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia
  • bintang memang jauh tapi bukan berarti tak bisa diraih. Segala sesuatu yang berjarak pastilah ada ujungnya, begitu juga bintang.
My profile

Previous posts

Links